Cara Menghitung Hasil Hammer Test Beton – Hammer test beton atau Schmidt Hammer Test adalah metode non-destruktif (NDT) yang digunakan untuk mengestimasi kekuatan tekan beton (compressive strength) berdasarkan nilai pantulan (rebound number). Untuk mendapatkan hasil yang akurat, diperlukan pemahaman yang benar mengenai cara menghitung hasil hammer test beton, mulai dari pencatatan nilai, perhitungan rata-rata, penerapan faktor koreksi, hingga konversi ke kuat tekan beton.
Artikel ini membahas semua tahapan penghitungan secara lengkap dan detail.
Apa Itu Hammer Test Beton?
Hammer test adalah metode pengujian beton yang menggunakan alat Schmidt Hammer untuk menembakkan palu kecil ke permukaan beton. Nilai pantulan yang dihasilkan digunakan sebagai dasar perhitungan kuat tekan beton.
Keunggulan metode hammer test:
cepat dan praktis,
tidak merusak beton,
cocok untuk evaluasi beton eksisting,
biaya lebih murah dibanding core drill test.
Namun untuk mendapatkan hasil yang valid, proses perhitungan harus mengikuti standar dan faktor koreksi tertentu.
Tahapan Cara Menghitung Hasil Hammer Test Beton
Berikut langkah-langkah lengkap perhitungan hammer test sesuai standar SNI, ASTM, dan EN.
1. Mencatat Nilai Pantulan (Rebound Number)
Setiap titik pengujian dilakukan 10–12 kali antukan, lalu semua nilai dicatat.
Contoh nilai rebound:
27, 29, 31, 28, 30, 32, 29, 30, 28, 31
Semua nilai dicatat sebelum dilakukan perhitungan.
2. Menghilangkan Nilai Ekstrem (Outlier)
Nilai ekstrem adalah nilai yang terlalu rendah atau terlalu tinggi sehingga tidak representatif.
Contoh nilai ekstrem:
27 → terlalu rendah
32 → terlalu tinggi
Nilai yang digunakan:
29, 31, 28, 30, 29, 30, 28, 31
Menghapus outlier adalah langkah penting dalam menghitung hammer test beton agar hasil tidak bias.
3. Menghitung Rata-Rata Nilai Rebound
Rumus:
Hitungan:
(29 + 31 + 28 + 30 + 29 + 30 + 28 + 31) = 236
Jumlah data = 8
Rata-rata = 236 / 8 = 29,5
Inilah nilai rebound dasar untuk perhitungan berikutnya.
4. Menerapkan Faktor Koreksi Hammer Test
Nilai rebound dipengaruhi:
posisi pengujian,
kelembaban beton,
umur beton,
kondisi permukaan,
jarak dari tulangan,
jenis alat.
Berikut cara menghitungnya.
4.1 Koreksi Posisi Pengujian
| Posisi | Koreksi |
|---|---|
| Horizontal | 0 |
| Vertical Upward | +2 sampai +4 |
| Vertical Downward | –2 sampai –4 |
Contoh:
Posisi pengujian vertical upward → koreksi +3
29,5 + 3 = 32,5
4.2 Koreksi Kelembaban Beton
| Kondisi Beton | Koreksi |
|---|---|
| Kering | 0 |
| Sedikit lembap | –1 |
| Basah | –2 sampai –4 |
Contoh:
Beton sedikit lembap → koreksi –2
32,5 – 2 = 30,5
4.3 Koreksi Tulangan
Jika titik pengujian terlalu dekat tulangan:
| Jarak dari Tulangan | Koreksi |
|---|---|
| < 30 mm | –3 sampai –5 |
| 30–50 mm | –1 sampai –2 |
| > 50 mm | 0 |
Contoh:
Jarak 40 mm → koreksi –1
30,5 – 1 = 29,5
4.4 Koreksi Permukaan Beton
Permukaan kasar → pantulan rendah → koreksi positif
Permukaan halus → pantulan tinggi → koreksi negatif
Misal permukaan normal → koreksi 0
Nilai tetap: 29,5
5. Mengonversi Nilai Rebound ke Kuat Tekan Beton (MPa)
Setiap Schmidt Hammer memiliki tabel konversi. Tabel umum:
| Rebound | Kuat Tekan (MPa) |
|---|---|
| 20 | 12–15 MPa |
| 25 | 18–22 MPa |
| 30 | 25–30 MPa |
| 35 | 35–40 MPa |
| 40 | 45–50 MPa |
Jika nilai akhir rebound = 29,5, maka estimasi kuat tekan:
≈ 27–28 MPa
Angka ini digunakan sebagai dasar interpretasi mutu beton.
6. Koreksi Umur Beton (Age Correction)
Kekuatan beton berkembang seiring umur.
| Umur Beton | Faktor |
|---|---|
| 7 hari | 0,65 |
| 14 hari | 0,85 |
| 21 hari | 0,90 |
| 28 hari | 1,00 |
Contoh:
Kuat tekan pada tabel → 28 MPa
Beton diuji umur 14 hari:
28 × 0,85 = 23,8 MPa
Ini adalah hasil final kuat tekan beton berdasarkan umur uji.
7. Menentukan Mutu Beton
Mutu beton berdasarkan kuat tekan:
| Mutu | Kuat Tekan |
|---|---|
| K-175 | 15–18 MPa |
| K-225 | 20–23 MPa |
| K-250 | 23–27 MPa |
| K-300 | 27–30 MPa |
| K-350 | 30–35 MPa |
Jika hasil akhir 23,8 MPa → Beton K-225
Contoh Perhitungan Hammer Test Beton Lengkap
Berikut contoh nyata dari awal sampai akhir:
Data Pengujian:
Nilai rebound:
28, 29, 31, 30, 32, 29, 27, 30, 28, 31
Posisi: vertical upward
Kondisi beton: sedikit lembap
Umur: 14 hari
Jarak dari tulangan: 40 mm
Langkah Perhitungan
1. Buang nilai ekstrem
27 dan 32 dibuang
Data tersisa: 28, 29, 31, 30, 29, 30, 28, 31
2. Hitung rata-rata
(28 + 29 + 31 + 30 + 29 + 30 + 28 + 31) = 236
Rata-rata = 236 ÷ 8 = 29,5
3. Koreksi posisi (vertical upward +3)
29,5 + 3 = 32,5
4. Koreksi kelembaban (–2)
32,5 – 2 = 30,5
5. Koreksi jarak tulangan (–1)
30,5 – 1 = 29,5
6. Konversi ke kuat tekan beton
Rebound 29,5 ≈ 27–28 MPa
Ambil: 27,5 MPa
7. Koreksi umur beton (14 hari × 0,85)
27,5 × 0,85 = 23,37 MPa
Hasil Akhir:
Kuat tekan beton = ± 23 MPa
Mutu beton: K-225
Kesalahan Umum dalam Menghitung Hasil Hammer Test Beton
1. Tidak menghapus outlier
Menghasilkan rata-rata yang salah.
2. Tidak menerapkan faktor koreksi
Nilai rebound bisa berbeda hingga 30%.
3. Tidak memperhatikan umur beton
Beton umur muda hasilnya tidak sama dengan umur 28 hari.
4. Menggunakan tabel konversi yang tidak sesuai alat
Setiap Schmidt Hammer punya karakteristik berbeda.
5. Melakukan uji di atas plester atau cat
Harus dikupas karena menghasilkan nilai palsu.
Kesimpulan
Cara menghitung hasil hammer test beton membutuhkan beberapa langkah penting:
pencatatan nilai rebound,
eliminasi nilai ekstrem,
perhitungan rata-rata,
penerapan faktor koreksi (posisi, kelembaban, umur, tulangan),
konversi menggunakan tabel Schmidt Hammer,
penentuan mutu beton berdasarkan hasil akhir.
Dengan mengikuti prosedur yang benar, hammer test dapat memberikan estimasi kuat tekan beton yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Beberapa penyedia jasa pda test Surabaya terbaik dapat kamu temukan di online, salah satunya adalah kami PT. Mitra Geoteknik Nusantara yang siap melayani pekerjaan kamu. Dapatkan harga terbaik dan juga tim profesional dari kami. Terima kasih.
