Faktor Koreksi Hammer Test: Pengertian, Jenis Koreksi, dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Pengujian Beton

Faktor Koreksi Hammer TestHammer test atau Schmidt Hammer Test adalah metode pengujian non-destruktif (NDT) yang digunakan untuk menilai perkiraan kuat tekan beton berdasarkan nilai pantulan (rebound number). Namun, nilai pantulan yang dihasilkan alat tidak selalu menunjukkan kondisi aktual beton. Karena itu, diperlukan faktor koreksi hammer test agar hasil pengujian lebih akurat dan sesuai standar.

Artikel ini membahas secara lengkap apa saja faktor koreksi hammer test, bagaimana cara menerapkannya, dan mengapa faktor koreksi tersebut sangat penting dalam proses perhitungan kuat tekan beton.

Apa Itu Faktor Koreksi Hammer Test?

Faktor koreksi hammer test adalah penyesuaian nilai rebound yang dilakukan agar hasil perhitungan kuat tekan beton lebih akurat. Koreksi diperlukan karena beberapa kondisi lapangan dapat memengaruhi nilai rebound, seperti:

  • posisi pengujian,

  • umur beton,

  • kelembaban beton,

  • kondisi permukaan,

  • jenis alat,

  • dan lokasi pengujian terhadap tulangan.

Tanpa faktor koreksi, hasil hammer test dapat menyesatkan dan menghasilkan estimasi kuat tekan beton yang tidak tepat.

Mengapa Faktor Koreksi Hammer Test Penting?

Beberapa alasan utama:

  1. Mengurangi penyimpangan hasil akibat kondisi lapangan

  2. Memperbaiki bias nilai rebound yang terlalu tinggi atau rendah

  3. Meningkatkan akurasi estimasi kuat tekan

  4. Memenuhi standar SNI, ASTM, dan EN dalam pengujian beton

  5. Memberikan dasar yang lebih kuat untuk evaluasi struktur

Dengan menerapkan faktor koreksi, hasil hammer test dapat digunakan secara lebih profesional dan dapat dipertanggungjawabkan.

Jenis-Jenis Faktor Koreksi Hammer Test

Terdapat beberapa faktor koreksi yang wajib diperhatikan dalam pengujian hammer test. Masing-masing memiliki pengaruh berbeda terhadap hasil akhir.

1. Koreksi Posisi Pengujian (Direction Correction)

Posisi alat pada saat pengujian sangat mempengaruhi nilai rebound. Hal ini terjadi karena gaya gravitasi dapat memperbesar atau memperkecil pantulan.

a. Pengujian Horizontal

  • Tidak memerlukan koreksi

  • Merupakan posisi paling umum dan paling stabil

b. Pengujian Vertical Upward (dari bawah ke atas)

  • Nilai rebound cenderung lebih kecil

  • Perlu koreksi +2 sampai +4 poin

c. Pengujian Vertical Downward (dari atas ke bawah)

  • Nilai rebound lebih besar dari normal

  • Perlu koreksi –2 sampai –4 poin

Tabel koreksi umum:

PosisiKoreksi
Horizontal0
Vertical Upward+2 hingga +4
Vertical Downward–2 hingga –4

Ini adalah faktor koreksi hammer test yang paling sering digunakan dalam perhitungan.

2. Koreksi Umur Beton (Age Correction)

Kekuatan tekan beton meningkat seiring umur. Karena itu nilai rebound harus disesuaikan berdasarkan umur beton saat pengujian.

Kurva standar:

Umur BetonFaktor Kuat Tekan
7 hari0,65 dari kuat tekan 28 hari
14 hari0,85
21 hari0,90
28 hari1,00

Contoh:
Jika hasil hammer test menunjukkan 28 MPa pada umur 14 hari, maka kuat tekan sebenarnya:

28 × 0,85 = 23,8 MPa

Koreksi ini sangat penting dalam pengujian beton umur muda.

3. Koreksi Permukaan Beton (Surface Condition Correction)

Permukaan beton yang tidak ideal memberi nilai rebound yang tidak representatif.

a. Permukaan Kasar (Rough Surface)

  • Rebound lebih rendah

  • Perlu koreksi positif

b. Permukaan Halus

  • Rebound lebih tinggi

  • Perlu koreksi negatif

c. Permukaan Tertutup Plester / Cat

  • Tidak boleh diuji

  • Harus dikupas sebelum pengujian

d. Beton Terdegradasi

  • Menghasilkan nilai rendah

  • Harus diinterpretasikan dengan hati-hati

4. Koreksi Kondisi Kelembaban Beton (Moisture Correction)

Beton basah memiliki angka rebound lebih rendah karena kelembaban memengaruhi kekerasan permukaan.

Tabel koreksi umum:

Kondisi BetonKoreksi Nilai
Beton kering0
Beton sedikit lembap–1
Beton basah–2 sampai –4

Kelembaban adalah salah satu faktor koreksi hammer test yang paling mempengaruhi deviasi hasil lapangan.

5. Koreksi Jenis Alat Schmidt Hammer

Setiap tipe alat memiliki energi pegas dan kurva konversi berbeda.

a. Type N (Umum)

  • Digunakan untuk elemen struktur seperti kolom, balok, pelat

b. Type L (Low Impact)

  • Digunakan untuk dinding tipis atau mortar

c. Digital Schmidt Hammer

  • Koreksi kecil karena alat lebih presisi

  • Data tersimpan otomatis

Penting untuk menggunakan tabel konversi sesuai jenis alat.

6. Koreksi Lokasi Pengujian terhadap Tulangan (Rebar Influence Correction)

Jika titik pengujian terlalu dekat dengan tulangan, nilai rebound dapat meningkat karena area tersebut lebih keras.

Rekomendasi:

  • Jarak minimal dari tulangan: ≥ 50 mm

  • Koreksi negatif diperlukan jika jarak terlalu dekat

Estimasi koreksi:

Jarak dari TulanganKoreksi
0–30 mm–3 sampai –5
30–50 mm–1 sampai –2
> 50 mm0

7. Koreksi Temperatur Lingkungan (Temperature Correction)

Pengaruh suhu:

  • Suhu tinggi → beton mengembang → rebound tinggi

  • Suhu rendah → beton menyusut → rebound rendah

Rentang koreksi:

SuhuKoreksi
10–25°C0
> 30°C–1 sampai –3
< 10°C+1 sampai +3

Cara Menerapkan Faktor Koreksi Hammer Test

Berikut langkah-langkah melakukan koreksi nilai rebound:

1. Hitung Nilai Rata-Rata Rebound

Contoh nilai:

29, 30, 31, 28, 30, 32

Rata-rata = (29+30+31+28+30+32) / 6 = 30

2. Terapkan Koreksi Posisi

Misal posisi vertical upward:

Koreksi +3 →
30 + 3 = 33

3. Terapkan Koreksi Kelembaban

Misal beton sedikit basah:

Koreksi –2 →
33 – 2 = 31

4. Terapkan Koreksi Tulangan (Jika Diperlukan)

Misal jarak dari tulangan 35 mm:

Koreksi –1 →
31 – 1 = 30

5. Konversikan Nilai Akhir ke Kuat Tekan Beton (MPa)

Berdasarkan tabel:

Rebound 30 → sekitar 25–30 MPa

6. Terapkan Koreksi Umur Beton

Misal beton diuji umur 14 hari (faktor 0,85):

28 MPa × 0,85 = 23,8 MPa

Contoh Kasus Lengkap Perhitungan Koreksi Hammer Test

Data Awal:

  • Nilai rebound rata-rata: 29

  • Posisi pengujian: vertical upward

  • Kondisi: beton lembap

  • Umur beton: 14 hari

Langkah Koreksi:

  1. Koreksi posisi: +3 → 29 + 3 = 32

  2. Koreksi kelembaban: –2 → 32 – 2 = 30

  3. Konversi tabel: 30 → 27 MPa

  4. Koreksi umur: 27 × 0.85 = 22,95 MPa

Hasil Akhir:

Kuat tekan beton ≈ 23 MPa
Termasuk mutu beton K-225.

Kesalahan Umum dalam Koreksi Hammer Test

1. Tidak Menggunakan Faktor Koreksi

Menghasilkan angka yang salah hingga 30%.

2. Mengabaikan Umur Beton

Beton umur muda sangat mempengaruhi hasil.

3. Pengujian di atas permukaan plester

Nilai rebound tidak valid.

4. Tidak Mengikuti Tabel Pabrik

Setiap alat memiliki kalibrasi berbeda.

5. Tidak Menghilangkan Outlier

Nilai ekstrem dapat mendistorsi hasil rata-rata.

Kesimpulan

Faktor koreksi hammer test sangat penting untuk memastikan hasil pengujian kuat tekan beton lebih akurat. Koreksi meliputi:

  • posisi pengujian,

  • umur beton,

  • kelembaban,

  • kondisi permukaan,

  • jarak dari tulangan,

  • jenis alat,

  • temperatur lingkungan.

Dengan menerapkan faktor koreksi yang tepat, hammer test dapat menjadi metode efektif dan handal dalam menilai mutu beton di lapangan.

Jikalau kalian sedang mencari penyedia jasa pda test Surabaya dan sekitarnya, kami dari PT. Mitra Geoteknik Nusantara siap menjadi rekanan dalam perkejaan yang kamu butuhkan. Dapatkan harga terbaik dan tetunya pekerjaan akan dikerjakan oleh tim profesional.

Tinggalkan komentar