Perhitungan Hammer Test: Metode, Rumus, dan Cara Menghitung Kuat Tekan Beton

Perhitungan Hammer TestHammer test atau Schmidt Hammer Test adalah metode pengujian non-destruktif (NDT) yang digunakan untuk mengestimasi kekuatan tekan beton (compressive strength) berdasarkan nilai pantulan (rebound number). Agar hasil pengujian akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan prosedur dan perhitungan hammer test yang benar sesuai standar SNI, ASTM, maupun EN.

Artikel ini membahas secara lengkap mulai dari prinsip kerja, cara mengolah data, rumus perhitungan hammer test, faktor koreksi, hingga contoh perhitungan yang mudah dipahami.

Apa Itu Hammer Test?

Hammer test adalah metode uji beton yang mengukur nilai pantulan permukaan beton menggunakan alat bernama Schmidt Hammer. Nilai pantulan tersebut kemudian dikonversi menjadi estimasi kuat tekan beton.

Metode ini sangat populer karena:

  • cepat dan mudah dilakukan,

  • tidak merusak beton,

  • hasil dapat langsung dianalisis di lokasi,

  • biaya relatif murah.

Namun, akurasi hasil sangat bergantung pada perhitungan hammer test yang benar.

Tujuan Perhitungan Hammer Test

Perhitungan hammer test dilakukan untuk:

  • menentukan nilai rata-rata rebound per titik,

  • menghilangkan nilai ekstrem (outlier),

  • mengonversi nilai rebound menjadi kuat tekan beton,

  • melakukan koreksi posisi pengujian, kelembaban, dan umur beton,

  • membuat laporan evaluasi struktur beton.

Perhitungan ini penting untuk menentukan apakah mutu beton sesuai standar atau memerlukan pengujian lanjutan seperti core drill test.

Tahapan Perhitungan Hammer Test

Berikut tahapan lengkap perhitungan hammer test sesuai standar:

1. Pengambilan Data Nilai Pantulan (Rebound Number)

Setiap titik uji dilakukan 10–12 kali pantulan, lalu dicatat semua angkanya.

Contoh nilai rebound:

27, 29, 31, 28, 30, 32, 29, 30, 28, 31

2. Eliminasi Outlier

Nilai yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dihapus agar hasil tidak bias.

Contoh:

Nilai ekstrem:

  • 27 (terlalu rendah)

  • 32 (terlalu tinggi)

Maka nilai yang digunakan:

29, 31, 28, 30, 29, 30, 28, 31

3. Hitung Nilai Rata-Rata Rebound

Rumus:

Rata-rata = (Jumlah nilai rebound) / (Jumlah data)

Contoh perhitungan:

(29 + 31 + 28 + 30 + 29 + 30 + 28 + 31) = 236
Jumlah data = 8

Rata-rata:

236 / 8 = 29,5

Nilai inilah yang akan digunakan untuk menghitung kuat tekan beton.

4. Konversi Nilai Rebound ke Kuat Tekan Beton

Konversi dilakukan menggunakan:

  • tabel Schmidt Hammer,

  • grafik kurva pabrik,

  • atau rumus empiris tertentu (jika menggunakan alat digital).

Secara umum:

Nilai ReboundKuat Tekan Perkiraan (MPa)
2012–15 MPa
2517–22 MPa
3025–30 MPa
3535–40 MPa
4045–50 MPa

Jika nilai rebound = 29,5, maka kuat tekan kira-kira sekitar:

26–28 MPa

Note: Data presisi harus mengacu pada tabel pabrikan alat.

5. Koreksi Berdasarkan Posisi Pengujian

Posisi alat saat pengujian memengaruhi hasil perhitungan hammer test.

Jenis posisi:

  • Horizontal → tanpa koreksi

  • Vertical Downward (dari atas ke bawah) → nilai rebound biasanya lebih besar

  • Vertical Upward (dari bawah ke atas) → nilai rebound biasanya lebih kecil

Tabel koreksi (contoh umum):

PosisiKoreksi
Horizontal0
Vertical Upward-2 sampai -4 poin
Vertical Downward+2 sampai +4 poin

Jika pengujian dilakukan secara vertical upward, maka nilai rebound 29,5 harus dikoreksi:

Misal koreksi -3:

29,5 – 3 = 26,5

Baru setelah dikoreksi, nilai rebound dikonversi ke kuat tekan.

6. Koreksi Umur Beton

Kuat tekan beton berubah seiring umur beton:

  • 7 hari → ± 65% dari kuat tekan 28 hari

  • 14 hari → ± 85%

  • 21 hari → ± 90%

  • 28 hari → 100% (standar)

Jika beton diuji di umur 14 hari dengan rebound 29,5, maka kuat tekannya harus dikalikan dengan faktor:

85%

Contoh:

Kuat tekan 28 hari estimasi = 28 MPa
Kuat tekan umur 14 hari = 28 × 0.85 = 23,8 MPa

7. Penentuan Kelas Mutu Beton

Setelah hasil diperoleh, perhitungan hammer test digunakan untuk menentukan mutu beton:

Mutu BetonKuat Tekan (MPa)
K-15012–15 MPa
K-17515–18 MPa
K-22520–23 MPa
K-25023–27 MPa
K-30027–30 MPa
K-35030–35 MPa

Jika hasil perhitungan kuat tekan = 28 MPa → termasuk Beton K-300.

Contoh Perhitungan Hammer Test Lengkap

Berikut contoh lengkap dari awal hingga akhir.

Data Awal:

Nilai rebound:

27, 29, 31, 28, 30, 32, 29, 30, 28, 31

Posisi pengujian: horizontal
Umur beton: 28 hari

Langkah 1: Eliminasi Outlier

Dihapus: 27 dan 32
Data tersisa:

29, 31, 28, 30, 29, 30, 28, 31

Langkah 2: Hitung Rata-Rata

Total = 236
Jumlah data = 8
Rata-rata = 236 / 8 = 29,5

Langkah 3: Konversi ke MPa

Nilai rebound 29,5 → sekitar 27–28 MPa

Ambil nilai 28 MPa sebagai estimasi.

Langkah 4: Tidak ada koreksi posisi (horizontal)

Nilai tetap → 28 MPa

Langkah 5: Tentukan Mutu Beton

Kuat tekan 28 MPa → Beton K-300

Kesimpulan Pengujian

  • Nilai rebound rata-rata: 29,5

  • Estimasi kuat tekan beton: 28 MPa

  • Mutu beton: K-300

  • Beton memenuhi standar mutu struktur umum

Faktor yang Memengaruhi Perhitungan Hammer Test

Agar perhitungan lebih akurat, perhatikan faktor berikut:

1. Kondisi permukaan beton

Permukaan kasar → rebound rendah
Permukaan keras → rebound tinggi

2. Kelembaban beton

Beton basah → nilai rendah → perlu koreksi

3. Tegangan dalam beton

Area dekat tulangan memberikan nilai tinggi → harus dihindari

4. Umur beton

Perhitungan harus mempertimbangkan kurva pertumbuhan kuat tekan.

5. Jenis alat Schmidt Hammer

Type N, L, atau digital memiliki tabel konversi berbeda.

Kelebihan Perhitungan Hammer Test

  • Proses cepat dan mudah

  • Tidak merusak struktur

  • Cocok untuk evaluasi beton eksisting

  • Bisa digunakan di berbagai elemen: kolom, balok, pelat, dinding

Keterbatasan dan Batas Akurasi

  • Hanya mengukur permukaan beton

  • Area harus bebas dari retak dan cacat

  • Kurang akurat untuk beton berumur sangat tua

Karena itu hammer test sebaiknya menjadi uji awal, diikuti core drill untuk hasil final.

Kesimpulan

Perhitungan hammer test adalah proses penting dalam menentukan estimasi kuat tekan beton berdasarkan nilai pantulan Schmidt Hammer. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, langkah-langkah berikut harus dilakukan:

  • eliminasi nilai outlier,

  • menghitung rata-rata rebound,

  • mengonversi dengan tabel,

  • menerapkan faktor koreksi posisi,

  • memperhitungkan umur beton,

  • menentukan mutu beton berdasarkan nilai akhir.

Dengan perhitungan yang benar, hammer test dapat menjadi alat efektif untuk menilai kualitas beton pada berbagai proyek konstruksi.

Jika kalian lagi mencari penyedia jasa pda test Surabaya dan sekitarnya, silangkan langsung hubungi kami PT. Mitra Geoteknik Nusantara, dapatkan harga terbaik dan juga tim yang propfesional.

Tinggalkan komentar